BUZZ !!!
aditya_gifari: Hi !!!
queenina: Hi juga...
aditya_gifari: Pa kabar ?? lama gak dengar kabar darimu...akhirnya aku bisa juga dapat nama YM kamu dari milis di group sekolah kita dulu..
queenina: Alhamdulillah kabarku baik..kamu sendiri pa kabar ?
aditya_gifari: Aku juga baik kok :)
queenina: Adit...aku off dulu yah mo lanjutin kerjaan nih..
aditya_gifari: Oh iya ya..di Indonesia masih siang..hehehe..sorry mengganggu
queenina: Never mind...C U...
===================================================
Perbincangan singkat melalui dunia maya di siang hari itu mau tidak mau membuat Nina harus mengurai kembali satu per satu peristiwa yang pernah terjadi hampir delapan tahun silam.
Sebagai seorang anak perwira tinggi di Angkatan Darat, Nina harus menerima risiko untuk hidup nomaden dari satu daerah ke daerah lain mengikuti papanya bertugas. Mendekati kenaikan kelas 2 SMA, papa Nina ditarik kembali ke Mabes ABRI di Cilangkap Jakarta. Itu berarti Nina dan keluarganya harus pindah lagi ke Jakarta setelah hampir dua tahun menghabiskan hidup di Balikpapan. Jakarta sebenarnya bukan kota asing bagi Nina sebab dia sendiri lahir, dibesarkan dan sempat mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SD.
Nina merasa agak beruntung dengan kepindahan papanya kali ini karena bertepatan dengan kenaikan kelas sehingga Nina dapat memulai pelajaran dari awal bersama teman-teman barunya. Paling sebel kalau pindahnya pas pertengahan semester karena Nina harus jumpalitan mengejar ketertinggalan atau berusaha menyesuaikan materi pelajaran yang didapat dari sekolah sebelumnya.
Mencari sekolah baru di Jakarta ternyata gampang-gampang susah juga...banyak faktor yang harus diperhatikan terutama faktor kemacetan. Bersyukur, mama Nina menemukan sekolah favorit yang letaknya cukup strategis antara letak rumah Nina dan kantor papanya...ini penting sebab setiap pagi Nina harus nebeng di mobil papanya dan pulang tinggal dijemput sama ajudan papanya.
Hari pertama menginjakkan kaki di sekolah baru, Nina hanya diantar mamanya hingga depan pintu kelas dan diperkenalkan dengan guru yang mengajar di kelas itu. Seperti biasa, Nina harus kembali memperkenalkan diri di hadapan teman-teman barunya.
"Nina..berhubung kursi yang kosong tinggal satu-satunya di kelas ini jadi kamu tidak bisa milih. Silahkan duduk di bangku pojok depan sebelah kiri," kata ibu guru sambil menunjuk ke arah kursi yang kosong.
Nina mengikuti telunjuk ibu guru dengan ekor matanya..dan oh my god..teman sebangkunya ternyata seorang cowok. Tidak ada pilihan..mau tidak mau Nina harus duduk di situ..jumlah siswa di sekolah ini memang hanya 24 orang setiap kelas dan sepertinya Nina menjadi siswa ke-24 di kelas barunya.
"Hi...namaku Aditya Gifari Priamdani, tapi panggil Adit aja," sapa cowok yang kini jadi teman duduk Nina.
"Hi juga...,"
Adit itu ternyata orangnya lumayan cerdas, supel, suka membantu, agak sedikit jahil trus satu lagi kalau sudah asyik dengan dunianya dia akan menjadi manusia paling cuek. Itulah hal yang dirasakan Nina selama menjadi teman sebangku Adit. Nasib Adit juga tidak jauh beda dengan Nina yang orang tuanya suka pindah-pindah tugas. Malah menurut Nina, Adit lebih hebat karena pindah-pindahnya bisa ke luar negeri...yah maklum saja papa Adit seorang diplomat.
Duduk dengan Adit juga secara tidak sadar membuat Nina kembali ingat dengan sosok Vino, saudara kembarnya, yang belum setahun meninggal sewaktu mereka masih di Balikpapan akibat kecelakaan. Ada kesamaan karakter di antara keduanya..mungkin karena lahir di bulan dan tahun yang sama hanya beda hari saja.
=========================================================================
***Tahun ajaran baru tiba...Nina naik kelas 3
"Nina..nina...sudah liat papan pengumuman belum," tanya Adit yang tiba-tiba aja sudah langsung ada dekat Nina
"Belom, memangnya ada apa ?"
"Pembagian kelas baru sudah diumumkan trus kita sekelas lagi."
"Oh, yah ?" balas Nina dengan wajah sumringah.
"Iya, kita sekelas. Ntar duduknya barengan lagi yah."
Tahun kedua duduk sebangku dengan Adit membuat Nina merasa semakin dekat dan merasa semakin mengenal sosok Adit. Bagi Nina, Adit tidak hanya sekadar teman sekolah tetapi perlahan juga dianggapnya sebagai saudara hingga kadang Nina memberikan perhatian yang memang pantas didapatkan untuk orang yang sudah dianggap saudara. Adit juga begitu sangat menghormati perempuan mungkin karena di keluarganya dia diapit oleh satu kakak perempuan dan satu adik perempuan yang membuat Adit paham betul bagaimana memperlakukan perempuan.
Nina sadar betul kalau saling perhatian yang mereka jalani berdua semata-mata tulus karena mereka saling menganggap sebagai saudara satu sama lain. Keduanya berusaha sekeras mungkin untuk tidak membuat keterlibatan hati sampai akhirnya.....
"Nina...aku pengen ngomong sesuatu sama kamu," kata Adit saat mereka berdua sedang berada di kafe favorit mereka.
"Ngomong apaan sih..kok serius banget ?" tanya Nina sambil mengaduk-aduk milkshake cokelat yang masih tersisa setengah gelas.
"Emang serius," gumam Adit.
"Apaan memang ?"
"Tapi kamu janji yah gak bakalan marah !!"
"Iya deh," balas Nina sambil tersenyum manis ke arah Adit.
"Aku sayang sama kamu Nina," Adit berkata serius sambil menatap wajah Nina yang tepat berada di depannya.
Mendengar perkataan Adit barusan, Nina malah tertawa ngakak yang memaksa Adit harus menggeser sedikit posisi duduknya lebih merapat ke meja.
"Kok malah ketawa ?" protes Adit.
"Habis kamunya lucu sih," balas Nina sambil masih menahan senyum.
"Lucunya di mana Queenina ?" Adita balik bertanya dan kalau sudah menyebut nama Queenina itu tandanya dia lagi serius.
"Yah..lucu aja kamu tiba-tiba bilang sayang sama aku. Selama ini kan kita sudah berteman..sudah kayak saudara malah..jadi yah wajar kalau kita saling menyayangi."
"Aku pengen lebih dari itu."
"Maksudmu ?" gantian Nina yang mimiknya berubah jadi serius.
"Aku pengen jadi pacar kamu."
"Tapi Dit," sela Nina.
"Tunggu dulu...aku belum selesai ngomong. Mungkin kamu kaget tiba-tiba aku bilang sayang sama kamu begitu saja, tapi jujur Nina semakin lama kenal dan dekat dengan kamu perasaanku terhadapmu mulai berubah dari sekadar teman yang kau anggap saudara. Sebenarnya sudah lama aku pengen bilang ini ke kamu, tapi aku berusaha untuk membunuh perasaanku...aku takut hanya perasaan yang sesaat aja...ternyata tidak."
"Dit..kamu lagi becanda kan ?" Nina masih tak percaya.
"Enggak Nina..aku serius..atau aku harus mengubah yah kalimatku yang tadi menjadi aku cinta kamu Queenina ?" kali ini Adit lebih serius sambil menggengam kedua tangan Nina.
"Adit..kamu..???" Nina tidak sanggup lagi melanjutkan keheranannnya.
"Nina..mungkin pertama-tama sulit bagimu untuk belajar mencintaiku, tapi aku akan mengajarimu bagaimana cara untuk mencintaiku dengan sepenuh hatimu...aku janji...aku yakin kamu pasti bisa."
===================================================
"Adit..kamu..???" Nina tidak sanggup lagi melanjutkan keheranannnya.
"Nina..mungkin pertama-tama sulit bagimu untuk belajar mencintaiku, tapi aku akan mengajarimu bagaimana cara untuk mencintaiku dengan sepenuh hatimu...aku janji...aku yakin kamu pasti bisa."
===================================================
Nina dan Adit pun akhirnya berhasil menjalani kisah cinta mereka hingga lulus SMA dan berhasil sama-sama di terima di perguruan tinggi ternama meskipun beda fakultas. Nina memilih kuliah di bidang psikologi sedangkan Adit memilih IT. Empat semester mereka lalui bersama...saling support satu sama lain...
Suatu hari di taman biasa tempat mereka menghabiskan waktu bersama...
"Nina..papaku dapat tugas baru jadi atase di Amerika," ucap Adit memecah kesunyian.
"Asyik dong..bisa ke Amerika," timpal Nina.
"Tapi sepertinya kami sekeluarga juga harus ikut pindah Nina..bukan cuma papa mamaku aja."
"Hah..? Trus kuliah kamu gimana ?"
"Papa sudah mengurusnya biar aku bisa transfer dan di sana ada universitas yang mau menerimaku."
"Terus hubungan kita gimana ? Long distance ?"
"Itulah yang aku mau omongkan juga denganmu Nina. Setelah aku pikir-pikir jauh lebih baik kalau kita mengakhirinya saja."
"Maksud kamu..?" Nina mendadak lemas sudah tidak sanggup lagi melanjutkan pertanyannya.
"Kita pisah Nina, aku tidak yakin apakah kita mampu meneruskan hubungan kita sementara kita terpisah jauh oleh jarak," balas Adit yang sudah tidak sanggup lagi melihat wajah Nina.
"Tapi Dit...kitakan belum menjalaninya."
"Masalahnya bukan di situ Nina, aku tau kamu tipe cewek yang sangat setia tapi justru aku yang tidak yakin dengan diriku. Aku takut kalau aku sudah disana aku terlalu sibuk dengan kuliahku sampai-sampai aku tidak peduli lagi padamu. Ingat Nina..kita hanya tersambung oleh alat komunikasi tidak lebih dari itu. Aku tidak ingin menyiksamu dengan keadaan. Aku tidak ingin diantara kita timbul prasangka macam-macam. Maafkan aku Nina."
"Papa sudah mengurusnya biar aku bisa transfer dan di sana ada universitas yang mau menerimaku."
"Terus hubungan kita gimana ? Long distance ?"
"Itulah yang aku mau omongkan juga denganmu Nina. Setelah aku pikir-pikir jauh lebih baik kalau kita mengakhirinya saja."
"Maksud kamu..?" Nina mendadak lemas sudah tidak sanggup lagi melanjutkan pertanyannya.
"Kita pisah Nina, aku tidak yakin apakah kita mampu meneruskan hubungan kita sementara kita terpisah jauh oleh jarak," balas Adit yang sudah tidak sanggup lagi melihat wajah Nina.
"Tapi Dit...kitakan belum menjalaninya."
"Masalahnya bukan di situ Nina, aku tau kamu tipe cewek yang sangat setia tapi justru aku yang tidak yakin dengan diriku. Aku takut kalau aku sudah disana aku terlalu sibuk dengan kuliahku sampai-sampai aku tidak peduli lagi padamu. Ingat Nina..kita hanya tersambung oleh alat komunikasi tidak lebih dari itu. Aku tidak ingin menyiksamu dengan keadaan. Aku tidak ingin diantara kita timbul prasangka macam-macam. Maafkan aku Nina."
Nina tidak dapat berbuat banyak untuk menghalangi niat Adit. Apa yang dikatakan Adit ada benarnya juga..menjalani hubungan jarak jauh tidak semudah dengan yang dibayangkan. Nina berpikir, mungkin jauh lebih baik hubungan mereka diakhiri secara baik-baik mumpung masih sempat bertemu langsung dari pada harus pisah lewat SMS atau sejenisnya. Nina tidak pernah menyesali telah memberi kesempatan kepada Adit untuk mengisi hari-harinya karena Nina merasa justrudia juga yang telah membuat Adit tersesat di hatinya lewat perhatian yang dia berikan.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan, setahun pertama sejak berpisah mereka masih sempat berkomunikasi lewat email. Setelah itu, mereka disibukkan dengan urusan dan pekerjaan masing-masing hingga benar-benar lost contact.
===================================================
BUZZ !!!
BUZZ !!!
aditya_gifari: Belum tidur Nina ?
queenina: Belum..
aditya_gifari: Masih sibuk dengan urusan kerjaan ?
queenina: Gak juga kok..sebisa mungkin aku gak harus membawa kerjaan kantor ke rumah. Kamu sendiri kok sempat-sempatnya chatting...lagi gak kerja yah?
aditya_gifari: Nih juga lagi kerja..tapi sambil chatting hehehehe
queenina: Dasarrrr.....:)
aditya_gifari: Nina..soal kita dulu aku pengen minta maaf..
queenina: Minta maaf apa lagi ? Gak ada lagi yang perlu dimaafkan kok...itukan masa lalu kita
aditya_gifari: Aku pengen minta maaf sama kamu karena dulu aku pernah mengajarimu bagaimana cara untuk mencintaiku dengan sepenuh hati tapi aku lupa mengajarimu bagaimana cara untuk melupakanmu dengan sekuat hati. Jujur Nina..sangat menyiksa sekali bagiku ketika aku harus terpisah denganmu..
queenina: Oh itu ?? Gak pa-pa kok Dit..mungkin jalan kita memang harus seperti itu. Aku juga pengen minta maaf sama kamu
aditya_gifari: Kok kamu juga mau minta maaf ?
queenina: Yah ...aku mau minta maaf karena telah membuatmu tersesat di hatiku.
I M P A S
aditya_gifari: Masih sibuk dengan urusan kerjaan ?
queenina: Gak juga kok..sebisa mungkin aku gak harus membawa kerjaan kantor ke rumah. Kamu sendiri kok sempat-sempatnya chatting...lagi gak kerja yah?
aditya_gifari: Nih juga lagi kerja..tapi sambil chatting hehehehe
queenina: Dasarrrr.....:)
aditya_gifari: Nina..soal kita dulu aku pengen minta maaf..
queenina: Minta maaf apa lagi ? Gak ada lagi yang perlu dimaafkan kok...itukan masa lalu kita
aditya_gifari: Aku pengen minta maaf sama kamu karena dulu aku pernah mengajarimu bagaimana cara untuk mencintaiku dengan sepenuh hati tapi aku lupa mengajarimu bagaimana cara untuk melupakanmu dengan sekuat hati. Jujur Nina..sangat menyiksa sekali bagiku ketika aku harus terpisah denganmu..
queenina: Oh itu ?? Gak pa-pa kok Dit..mungkin jalan kita memang harus seperti itu. Aku juga pengen minta maaf sama kamu
aditya_gifari: Kok kamu juga mau minta maaf ?
queenina: Yah ...aku mau minta maaf karena telah membuatmu tersesat di hatiku.
I M P A S